Komunikasi Dengan Pelanggan Salah Satu Kunci Jualan Kaki Lima

Komunikasi dengan pelanggan menjadi kunci berhasilnya jualan kaki lima. Jika anda adalah pelaku usaha kecil. Anda sering jualan berpindah tempat, tapi juga punya tempat untuk melakukan penjualan yang tetap, maka membaca artikel ini akan membantu anda.

Dalam menjalankan usaha, sudah tentu kita menunggu hadirnya pelanggan. Para pelanggan ini adalah sumber kehidupan bagi usaha kita. Bisa jadi, karena mereka jugalah kita tetap menjalankan usaha ini walaupun keadaan usaha sedang susah.

Kami adalah pelaku usaha yang mendampingi pelaku usaha. Kami menyewakan tenda kepada pelaku usaha kecil yang akan membuka stand atau melakukan promosi di tempat yang mereka inginkan. Jadi pelanggan kami, ya pelaku usaha. Pelaku usaha mikro dan kecil kebanyakan.

Banyak cerita dari pelanggan kami tentang usaha mereka. Biasanya, pelanggan kami akan banyak senyum saat jualan mereka hari itu ramai. Dan mereka akan banyak sambat (mengeluh) saat penjualan yang mereka lakukan tidak mencapai target. Barang dagangan sisa banyak, atau sepi pengunjung misalnya.

Ya, kami mencoba untuk terus berkomunikasi dengan mereka. Kami mengenal satu persatu pelanggan kami. Ya karena bisnis yang kami lakukan adalah bisnis dengan pelanggan yg terfokus.

Kenapa kami berkomunikasi dengan mereka?

Komunikasi dengan pelanggan adalah bentuk nyata keseriusan kita dalam menjalankan usaha

Kami akui, pelanggan kami hanya sedikit, tidak sampai seribu orang. Tapi kami berusaha agar pelanggan dapat terus terbantu dengan hadirnya kami.

Nah bagi anda yang menjalankan usaha juga, seberapa sering anda berkomunikasi dengan pelanggan anda?

Apakah anda mengenal mereka?

Lalu, apakah anda mengetahui kesukaan pelanggan anda?

Bagaimana cara anda menghubungi pelanggan anda?

Sering kita menemukan, pelaku usaha yang mencantumkan nomor telpon atau kontak person dalam banner atau spanduk yang mereka miliki. Berarti kan itu sudah umum.

Nah kalau kita menggunakan cara yang umum, bukankah kita akan menjadi usaha yang umum juga. Seperti yang sedang umum sekarang dimana usaha pada bangkrut dan hancur karena pandemi.

Ada salah satu pelanggan kami, yang dia juga berjualan keliling. Sama seperti pelanggan lainnya. Hari senin jualan dirumah, hari selasa ikut bazaar dimana, lalu hari jumatnya jualan di masjid, lalu hari minggu dia buka di Sunmor UGM. Ini dulu pada tahun 2019 hingga awal 2020.

Yang menarik dari pelanggan yang satu ini, dia berusaha agar para pelanggannya tahu bahwa dia buka lapak di tempat tempat baru. Terkadang beliau bahkan melakukan japri kepada para pelanggannya bahwa dia sedang buka di sini, lalu disana. Beliau melakukan ini secara konsisten.

Hasilnya sesuai dugaaan. Lapaknya tidak pernah sepi. Dagangannya pun hampir selalu habis dibeli. Itu padahal baru menjalin komunikasi kecil-kecilan dengan para pelanggannya.

Percetakan di Jogja yang mencatat satu persatu pelanggannya

Ada lagi kisah lain. Sebuah percetakan di jalan gejayan (Affandi). Biasanya kebanyakan pelaku usaha hanya melakukan jual beli begitu saja. Barang ditawar, harga disampaikan, terjadi kesepakatan, pembayaran, pemberian barang disertai nota, lalu selesai.

Pada buku nota itu kan tertera rangkap dua, lalu tertera juga kolom ‘nama pembeli….’ pada lembaran nota tersebut, kebanyakan pelaku usaha tidak pernah mengisi kolom kolom ini. Padahal dari sinilah pelaku usaha bisa mengenali dan terus berkomunikasi dengan para pembeli tersebut.

Nah tentang percetakan tadi, percetakan ini adalah salah satu percetakan yang paling laris di jalan gejayan ini. Padahal percetakan ini masuk kedalam gang, tidak seperti percetakan lain yang berada tepat dipinggir jalan besar.

Yang berbeda dari percetakan ini adalah, pada saat kita melakukan pembayaran atas pesanan kita, para pelayan selalu menanyakan siapa nama kita, nomor telpon yang bisa dihubungi, dan alamat kita tinggal.

Lalu dilain waktu saat kita melakukan pencetakan lagi, mereka sudah mengetahui kita, berdasarkan catatan yang telah mereka buat sebelumnya. Mereka melakukan pengecekan atas identitas kita.

“Ini dengan bapak tondy …….”

“Alamatnya masih di …….. pak?”

“Nomor teleponnya masih 087……… pak?”

Tidak tahu apakah percetakan ini menyediakan pengantaran pesanan atau tidak, tapi mencatat dan mencoba mengenali pelanggan adalah wujud betapa seriusnya mereka membangun usaha percetakan ini.

Terbukti, walau percetakan ini masuk kedalam gang namun tidak pernah sepi dari order cetak mencetak digital printing.

Pelanggan adalah raja

Saat kita bilang pelanggan adalah raja, bukankah kita seharusnya mengetahui siapa raja kita tersebut. Banyak yang bilang ‘pelanggan adalah raja’, padahal mereka yang bilang ini hanya mencari uang dari para pelanggan tersebut.

Berusahalah untuk selalu terhubung dengan pelanggan anda. Jaga terus komunikasi dengan pelanggan. Karena cara ini menjadi salah satu cara terbaik untuk berhasil dalam persaingan usaha.

Bagikan :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp chat